Jumat, 12 April 2013

Contoh makalah tentang tenaga eksogen


BAGAIMANA DAMPAK TENAGA EKSOGEN
TERHADAP MUKA BUMI



DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Anggota :
·         PENI MELIYANI
·         RENI ASTUTI
·         RIRIN KHOLIDIANA
·         RISKA AYU TRISWADANI
·         RISKA DWI ASTUTI




SMA NEGERI 1 AMBARAWA
PRINGSEWU-LAMPUNG
2013-2014




Daftar Isi
Daftar isi
1.      Pengertian Tenaga Eksogen
2.      Dampak dari Tenaga Eksogen terhadap Muka Bumi  
2.1.   Pelapukan
2.1.1.       Pelapukan Fisik/Mekanik
2.1.2.       Pelapukan Kimiawi
2.1.3.       Pelapukan Organis/Biologis
2.2.   Erosi
2.2.1.       Berdasarkan Kecepatan
2.2.1.1.            Erosi Geologi
2.2.1.2.            Erosi Tanah
2.2.2.      Berdasarkan Zat Pelaku
2.2.2.1.            Erosi Air Sungai
2.2.2.2.            Erosi Angin
2.2.2.3.            Erosi Gletser
2.2.2.4.            Erosi Air Laut
2.2.2.5.            Erosi Tenaga Makhluk Hidup
2.3.   Pengendapan
2.3.1.1.            Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya
2.3.1.2.            Berdasarkan tempat pengendapan
2.4.   Denudasi
2.4.2. Proses denudasi
3.      Dampak dari tenaga Eksogen terhadap Kehidupan
4.      Kesimpulan













1.      Pengertian Tenaga Eksogen
Tenaga Eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak. Rusaknya permukaan bumi terjadi karena adanya tenaga angin, air, gletser, perubahan dinamika suhu, serta aktivitas organisme termasuk manusia. Perusakan bentuk muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan, erosi, sedimentasi, dan denudasi.
2.      Dampak Tenaga Eksogen Terhadap Muka Bumi
2.1.   Pelapukan
Pelapukan merupakan proses penghancuran massa batuan pembentuk litosfer menjadi bagian-bagian yang lebih kecil oleh tenaga eksogen. Pelapukan di setiap daerah berbeda-beda, tergantung dari unsur-unsur yang ada di daerah tersebut. Misalnya, di daerah tropis pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai 100 m, sedagkan daerah subtropis tebal pelapukan hanya beberapa meter saja. Berdasarkan proses terjadinya terdapat 3 jenis pelapukan, yaitu pelapukan fisik/mekanik, pelapukan organis, dan pelapukan kimiawi.
a.      Pelapukan fisik atau mekanik
Pelapukan Fisik adalah proses pelapukan batu-batuan yang akan mengalami perubahan fisik baik berupa ukuran maupun bentuk. Batuan yang besar menjadi kecil dan yang kecil menjadi halus. Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik, tanpa disertai perubahan susunan kimia.
Berikut ini adalah penyebab terjadinya pelapukan fisik :
1)      Perbedaan temperatur yang besar
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim gurun. Di daerah gurun pada siang hari dapat mencapai 50⁰C dan pada waktu malam bisa turun mencapai 15⁰C. Pada siang hari, suhu udara sangat tinggi akibat intensitas penyinaran matahari yang kuat, akibatnya massa batuan mengalami pemuaian. Pada malam hari suhu menjadi sangat rendah, sehingga batuan mengalami pengerutan secara tiba-tiba. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus dapat mengakibatkan batu-batuan besar retak dan pecah.
2)      Membekunya air dalam pori-pori batuan
Pelapukan ini terjadi di daerah yag beriklim sedang dengan pembekuan hebat. Pada waktu hujan, titik-titik air masuk ke celah-celah batuan. Pada malam hari, saat udara menjadi sangat dingin, air di celah batu tersebut menjadi kristal es. Air yang membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi pecah.

3)      Mengkristalnya air garam
Jika air tanah mengandung garam,maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal.Kristal- kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan,terutama batuan karang di daerah pantai.
4)      Pergerakan air
Pergerakan air juga dapat menyebabkan batuan yang dilaluinya pecah atau batuan yang di bawahnya menjadi hancuran yang lebih kecil. Contohnya batu kerikil yang diangkut air sungai,sudut batuannya yang semula tajam menjadi bulat.
5)      Pergerakan air laut
Gelombang laut yang menghempas pantai merusak batuan yang ada di pantai.
6)      Pergerakan gletser
Gletser yang bergerak lambat menggerus material batuan yang dilaluinya.

b.      Pelapukan Kimiawi
Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa pengelupasan.Pelapukan ini berlangsung dengan bantuan air dan suhu yang tinggi.Air yang banyak mengandung CO(zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur(CaCO).peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala –gejala karst.
Gejala-gejala karst,yaitu sebagai berikut :
1)      Dolina
Dolina adalah lubang-lubang yang berbentuk corong.Dolina ini dapat terjadi karena erosi(pelarutan) atau karena runtuhan.Puncak puncak dari pegunungan kapur ada yang merupakan akibat dari dolina.Puncak puncak itu adalah sisa pelarutan,sedangkan lembah diantaranya adalah dolina dolina yang melepuh.
2)      Gua dan sungai didalam tanah
Didalam tanah kapur mula-mula terdapat celah-celah (retakan).karena pengaruh pelarutan maka retakan ini menjadi besar dan menjadi gua-gua atau lubang lubang.
Jika lubang-lubang itu berhubungan satu sama lain,maka terjadilah sungai-sungai dalam tanah.
3)      Stalaktit dan stalagmit
Stalaktit adalah kerucut-kerucut yang bergantungan pada atap gua terbentuk dari kapur yang tebal akibat udara masuk dalam gua.Stalagmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua. Contoh stalaktit dan stalagmit di Indonesia : di Gua tabuhan dan Gua gong di Pacitan, Jawa timur dan di Gua jatijajar di Kebumen, Jawa tengah.
c.       Pelapukan Organis
Pelapukan ini disebabkan oleh organisme yaitu binatang, tumbuhan, dan manusia. Binatang yang menimbulkan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga, dan tikus. Pada umumnya pelapukan organis dipengaruhi oleh:
·         Membusuknya sisa tumbuhan dapat membentuk asam gambut yang berakibat rusaknya batuan tersebut.
·         Pengrusakan batuan oleh binatang-binatang kecil di dalam tanah.
·         Pengrusakan batuan oleh aktivitas manusia dengan segala peralatannya baik alat tradisional maupun mekanik. Contohnya: penebangan pohon, konstruksi, penambangan yang menyebabkan batuan tersingkap.

2.2.   Erosi (Pengikisan)
Erosi adalah pengikisan permukaan kulit bumi yang disebabkan oleh air, es, atau angin. Erosi juga dapat diartikan sebagai proses pelepasan dan pemindahan masa batuan dari suatu wilayah ke wilayah lainnya.
Erosi terdiri atas tiga tahapan:
1)      Detachment
Detachment adalah pelepasan batuan dari massa induknya.
2)      Transportasi
Trasportasi adalah pemindahan batuan yang terkikis dari suatu tempat ketempat lain.
3)      Sedimentasi
Sedimentasi adalah pengendapan massa batuan yang terkikis.

Erosi dibagi menjadi 2, yaitu :
a.      Berdasarkan Kecepatan
1)      Erosi geologi
Erosi geologi adalah bentuk pengikisan proses pengikisan atau penghancuran tanahnya relatif seimbang dengan proses pembentukannya.
2)      Erosi tanah
Erosi tanah adalah bentuk erosi yang proses penghancuran tanah (batuan) jauh lebih cepat dibandingkan dengan pembentukannya.
b.      Berdasarkan Zat Pelaku
1)      Erosi Air Sungai
Air yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah yang dilaluinya. Gesekan itu besar kalau kecepatan dan jumlah airnya besar. Gesekan air ini menimbulkan pengikisan, sebab air itu banyak membawa benda-benda padat. Air yang tenang tidak mengadakan gesekan dan tidak menimbulkan pengikisan. Jadi, syarat pengikisan adalah bahwa air itu harus mengalir dan mengangkut benda-benda padat. Akibatnya, terbentuklah lembah berbentuk V, jurang atu ngarai, aliran deras, dan air terjun.
a)      Lembah berbentuk V
Apabila kecepatan aliran air di dasar sungai cepat maka akan terjadi pengikisan di dasar sungai atau sering disebut erosi vertikal. Apabila aliran air yang cepat terjadi di tepi sungai maka akan menyebabkan terjadinya pengikisan ke arah samping atau erosi ke samping. Hasil erosi vertikal, sungai semakin lama semakin dalam sedangkan erosi ke samping menyebabkan sunggai semakin lebar. Erosi vertikal dan ke samping membentuk lembah berbetuk V. Misalnya, Lembah Anai, Ngarai Sianok, dan Grand Canyon di Amerika Serikat.
b)      Jurang
Adanya sungai yang sangat dalam, tetapi lebar sungai sempit. Bentang alam seperti ini termasuk jurang. Jurang terbentuk jika pengikisan terjadi pada batuan yang resisten. Batuan resisten yang ada di kanan kiri sungai tidak mudah dikikis oleh air, sedangkan erosi vertikal terus berlangsung. Oleh karena itu, erosi vertikal berlangsung lebih cepat dibandingkan erosi ke samping. Akibatnya, dinding sungai sangat miring atau cenderung vertikal dan dasar sungai dalam.
c)      Riam
Kadang ada sungai yang pada beberapa bagiannya sangat deras, sedangkan bagian yang lain tidak deras. Aliran sungai yang sangat deras terbentuk dari adanya jenis batuan yang selang-seling antara batuan yang resisten dan batuan yang tidak resisten pada dasar sungai. Saat air melewati batuan yang resisten, air akan sulit melakukan pengikisan. Begitupun sebaliknya. Akibatnya, dasar sungai menjadi tidak rata. Pada saat air melewati abtuan yang tidak resisten, terjadi turbelensi dan terbenruk seperti air terjun pendek yang alirannya deras. Bentang alam seperti ini disebut rapid atau riam.
d)      Air terjun
Air terjun terbentuk pada sungai yang jenis batuan di dasar sungai ada yang resisten dan tidak resisten. Proses terjainya hampir sama dengan aliran deras. Hanya saja, pengikisan air menyebabkan perbedaan ketinggian yang cukup besar antara batuan resisten dan batuan tidak resisten. Akibatnya, air jatuh dari atas ketinggian yang membentuk air terjun.

2)      Erosi Angin
Hembusan angin dapat menyebabkan erosi pada batuan. Proses pengikisan batuan oleh angin dinamakan deflasi. Bentuk erosi dari angin berupa lubang-lubang hasil tiupan angin (blow holes). Bentuk sisa dari erosi angin di antaranya berupa batu jamur (pedestal rocks) dan bentuk hasil endapannya berupa bukit-bukit pasir (sand dunes) dan endapan lebih halus dari pasir (loess).




3)      Erosi Gletser
Es yang meluncur di lereng pegunungan dapat mengakibatkan terjadinya erosi. Es meluncur menuruni pegunungan karena es mengalami pencairan. Peluncuran es diikuti oleh tanah dan batuan di lereng pegunungan. Erosi yang disebabkan oleh luncuran es itulah yang dinamakan erosi gletser. Bentuk erosi gletser berupa ledok berundak (cirques) dan palung glasial. Bentuk sisa dari erosi ini adalah puncak bukit yang mirip tanduk (matterhorn peaks) dan jerengjereng yang kasar dan tajam (aretes). Sedangkan hasil endapan erosi gletser berupa morena, drumlin, dan esker.

4)      Erosi Air Laut
Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombag laut yang terjadi secara terus-menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya, gelombang meretakkan batuan di pantai.
 Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk notch. Notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelombang secara terus-menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut platform.

5)      Erosi oleh makhluk hidup
Organisme sebagai tenaga penggerak erosi. yaitu binatang atau manusia. Erosi oleh organisme ini
berupa liang-liang galian binatang (
burrows), atau lubang galian pertambangan oleh manusia. Hasil endapan dari erosi organisme di antaranya berupa karang



koral (coral reef) dan sarang binatang (ant hill).

2.3.   Sedimentasi (Pengendapan)
Sedimentasi merupakan pengendapan massa batuan atau tanah disuatu tempat setelah mengalami erosi dan transportasi. Sedimentasi terjadi di wilayah darat maupun perairan, seperti danau, sungai, dan sekitar pantai.
a.      Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya
1)      Pengendapan oleh air
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen aquatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam, dan delta.
Ø    Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga air yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari pengahalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan material. Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air menjadi lambat dan mulai membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam maupun tepian luar. Di bagian tepi sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lambat alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.

Ø    Dataran banjir dan tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya terbentuk suatu dataran di tepi
sungai. Timbunan material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai, akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam ini disebut tanggul alam.

Ø    Delta
Pada saat aliran sungai mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya, lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya. Pembentukan delta harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus pasang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta sungai Kapuas, Sungai Musi, dan Kali Brantas.

2)      Pengendapan oleh air laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut disebabkan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
·         Pesisir merupakan wilayah pengendapan disepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
·         Arus pantai mengangkut material yang ada disepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, akan tetap mengangkut material-material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada diatas permukaan laut. Akumulasi material tesebut disebut spit.
·         Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit terbentuk melewati teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach).
·         Jika di sekitar daerah tersebut terdapat pulau, kadang kala spit akhirnya tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo. Contoh, Tanah genting jimbaran Bali.


3)      Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pasir dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terbentuk apabila terdapat akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.

4)      Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapn oleh gletser disebut sedimen glasial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.

b.      Berdasarkan tempat pengendapan
1.      Sedimen fluvial yaitu di sungai.
2.      Sedimen terestris yaitu di darat.
3.      Sedimen limnis yaitu di danau atau rawa.
4.      Sedimen marine yaitu di laut.
5.      Sedimen glassial yaitu di daerah es.









2.4.   http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ad/Denudation_Model_Rio_de_Janeiro_br_c.jpg/450px-Denudation_Model_Rio_de_Janeiro_br_c.jpgDenudasi (Mass Wasting)

http://bits.wikimedia.org/static-1.21wmf12/skins/common/images/magnify-clip.png











Ilustrasi skematik denudasi regional untuk badan batuan intrusif alkalin felsik di negara bagian Rio de Janeiro, Brasil: Pulau Cabo Frio dan Badan Itaúna.
Dalam geologi, denudasi adalah serangkaian proses panjang yang mengakibatkan pengikisan permukaan Bumi dan berujung pada berkurangnya ketinggian dan relief bentang alam dan lanskap. Proses endogen seperti gunung berapi, gempa bumi, dan gaya angkat tektonik lempeng dan penampakan kulit benua hingga proses denudasi eksogen berupa pelapukan, erosi, dan mass wasting.





§  Runtuhan batu yang jatuh dari atas tebing adalah salah satu mass wasting.



§  Longsor salju

a.      Proses  Denudasi
Denudasi melibatkan proses erosi mekanik, biologis, dan kimiawi berupa erosi, pelapukan dan mass wasting. Denudasi dapat meliputi pengikisan partikel padat dan material yang sudah larut. Hal ini mencakup subproses kriofraktur, pelapukan insolasi, kehancuran singkat, pelapukan garam, bioturbasi dan dampak antropogenik.
Proses denudasi berlangsung dalam empat jenis pergerakan material :
1.      Jenis pergerakan pelan (lambat)
Rayapan merupakan bentuk dari jenis pergerakan lambat pada proses mass wasting. Rayapan adalah gerakan tanah dan puing batuan yang menuruni lereng secara pelan, dan biasanya sulit untuk diamati kecuali dengan pengamatan yang cermat. Rayapan terbagi menjadi beberapa jenis.
·         Rayapan tanah, yaitu gerakan tanah menuruni lereng. 
·         Rayapan talus, yaitu gerakan puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang menuruni lereng.  
·         Rayapan batuan, yaitu gerakan blok-blok secara individual yang menuruni lereng.
·         Rayapan batuan gletser (rock glatsyer creep), yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang tercampak menuruni lereng. 
·         Solifluksi (solifluction), yaitu aliran pelan masa batuan yang banyak mengandung air menuruni lereng di d alam saluran tertentu.




2.      Jenis pergerakan cepat
Jenis pergerakan ini dapat dibagi sebagai berikut.
·         Aliran tanah, yaitu gerakan berlempung atau berlumpur yang banyak mengandung air menuruni teras atau lereng perbukitan yang kemiringannya kecil. 
·         Aliran lumpur, yaitu gerak puing batuan yang banyak mengandung air menuruni saluran tertentu secara pelan hingga sangat cepat. 
·         Gugur puing, yaitu puing-puing batuan yang meluncur di dalam saluran sempit menuruni lereng curam.
3.      Longsor lahan (landslide)
Gerakan yang termasuk dalam kategori ini merupakan jenis yang mudah diamati, dan biasanya berupa puing massa batuan. Gerakan tersebut dapat dibagi sebagai berikut.
·         Luncur, yaitu gerakan penggelinciran dari satu atau beberapa unit puing batuan, atau biasanya disertai suatu putaran ke belakang pada lereng atas di tempat gerakan tersebut terjadi. 
·         Longsor puing, yaitu peluncuran puing batuan yang tidak terpadatkan, dan berlangsung cepat tanpa putaran ke belakang. 
·         Jatuh puing, yaitu puing batuan yang jatuh hampir bebas dari suatu permukaan yang vertikal atau menggantung. 
·         Longsor batu, yaitu massa batuan yang secara individu meluncur atau jatuh menuruni permukaan lapisan atau sesaran. 
·         Jatuh batu, yaitu blok-blok batuan yang jatuh secara bebas dari lereng curam.
4.      Amblesan (subsidensi) 
Amblesan, yaitu pergeseran tempat ke arah bawah tanpa permukaan bebas dan tidak menimbulkan pergeseran horizontal. Hal ini umumnya terjadi karena perpindahan material secara pelan-pelan di daerah massa yang ambles.

b.      Faktor yang mempengaruhi denudasi adalah :
·         Topografi permukaan
·         Geologi
·         Iklim (sebagian besar secara langsung melalui pelapukan kimiawi)
·         Aktivitas tektonik
·         Biosfer (fauna dan flora)
·         Aktivitas manusia

3.      Dampak dari tenaga eksogen terhadap kehidupan, baik dampak positif maupun negatif.

DAMPAK POSITIF
Dampak positif tenaga eksogen bagi kehidupan sebagai berikut.
  1. Memunculkan habitat . Tenaga eksogen seperti panas matahari, sangat dibutuhkan seluruh makhluk hidup. Tanpa panas matahari makhluk hidup tidak bisa bertahan hidup. Tenaga eksogen, seperti panas matahari, hujan, dan angin akan mempercepat pelapukan batuan vulkanis sehingga dapat membentuk tanah yang subur.
  2. Memperluas daratan.
  3. Memunculkan barang-barang tambang ke permukaan bumi.

DAMPAK NEGATIF
Dampak negatif tenaga eksogen bagi kehidupan sebagai berikut.
  1. Angin kencang atau badai yang dapat merusak rumah dan bangunan.
  2. Hujan sangat deras dapat berakibat timbulnya banjir.
  3. Hujan sangat deras mengakibatkan tanah longsor.
  4. Panas matahari yang berlebihan dapat menimbulkan kebakaran hutan.
  5. Erosi tanah oleh air hujan yang terusmenerus menyebabkan kesuburan tanah semakin berkurang.
  6. Abrasi (pengikisan air laut) di daerah pantai akan menyebabkan bangunan menjadi rusak karena dihantam oleh ombak yang terus-menerus.

4.      Kesimpulan

Tenaga Eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi. Tenaga eksogen bersifat merusak dan mengikis kulit bumi, terutama pada bagian-bagian yang tinggi, tetapi sebaliknya tenaga eksogen mengisi bagian-bagian yang rendah.

Faktor yang berperan sebagai tenaga eksogen adalah air, angin, organisme, sinar matahari, dan es. Tenaga eksogen bisa menyebabkan terjadinya pelapukan (weathering), erosi, denudasi, tanah longsor, dan tanah menjalar (soil creep). Dalam peristiwa pembentukan gunung (orogenesis), selalu diikuti adanya pengikisan permukaan bumi yang disebut glyptogenesis. Dengan adanya pengikisan ini mengakibatkan terjadinya sedimentasi yang disebut litogenesis. Jadi, ketiga peristiwa tersebut selalu terjadi berturut-turut dan berulang-ulang, hingga susuan kulit bumi (litosfer) selalu berubah-ubah. Peristiwa orogenesis, glyptogenesis, dan litogenesis disebut siklus geologi.

Selain membuat kulit bumi berubah-ubah, tenaga eksogen pun berdampak terhadap kehidupan yang ada di muka bumi, tidak hanya dampak negatif saja yang diakibatkannya tetapi dampak positif pun ada. Seperti memunculkan habitat, memperluas daratan, dan memunculkan barang-barang tambag ke permukaan bumi. Hal seperti ini sangat menguntungkan bagi manusia, karena dengan hal tersebut manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.