BAGAIMANA DAMPAK TENAGA EKSOGEN
TERHADAP MUKA BUMI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Anggota :
·
PENI
MELIYANI
·
RENI
ASTUTI
·
RIRIN
KHOLIDIANA
·
RISKA
AYU TRISWADANI
·
RISKA
DWI ASTUTI
SMA NEGERI 1 AMBARAWA
PRINGSEWU-LAMPUNG
2013-2014
Daftar Isi
Daftar isi
1.
Pengertian Tenaga Eksogen
2.
Dampak dari Tenaga Eksogen terhadap Muka Bumi
2.1.
Pelapukan
2.1.1.
Pelapukan
Fisik/Mekanik
2.1.2.
Pelapukan
Kimiawi
2.1.3.
Pelapukan
Organis/Biologis
2.2.
Erosi
2.2.1.
Berdasarkan
Kecepatan
2.2.1.1.
Erosi Geologi
2.2.1.2.
Erosi Tanah
2.2.2.
Berdasarkan Zat Pelaku
2.2.2.1.
Erosi Air Sungai
2.2.2.2.
Erosi Angin
2.2.2.3.
Erosi Gletser
2.2.2.4.
Erosi Air Laut
2.2.2.5.
Erosi Tenaga Makhluk Hidup
2.3.
Pengendapan
2.3.1.1.
Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya
2.3.1.2.
Berdasarkan tempat pengendapan
2.4.
Denudasi
2.4.2. Proses denudasi
3.
Dampak dari tenaga Eksogen terhadap Kehidupan
4.
Kesimpulan
1. Pengertian Tenaga Eksogen
Tenaga Eksogen adalah tenaga yang
berasal dari luar bumi dan bersifat merusak. Rusaknya permukaan bumi terjadi
karena adanya tenaga angin, air, gletser, perubahan dinamika suhu, serta
aktivitas organisme termasuk manusia. Perusakan bentuk muka bumi oleh tenaga
eksogen berupa pelapukan, erosi, sedimentasi, dan denudasi.
2. Dampak Tenaga Eksogen Terhadap Muka
Bumi
2.1.
Pelapukan
Pelapukan
merupakan proses penghancuran massa batuan pembentuk litosfer menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil oleh tenaga eksogen. Pelapukan di setiap daerah berbeda-beda,
tergantung dari unsur-unsur yang ada di daerah tersebut. Misalnya, di daerah
tropis pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai 100
m, sedagkan daerah subtropis tebal pelapukan hanya beberapa meter saja.
Berdasarkan proses terjadinya terdapat 3 jenis pelapukan, yaitu pelapukan
fisik/mekanik, pelapukan organis, dan pelapukan kimiawi.
a. Pelapukan fisik atau mekanik
Pelapukan
Fisik adalah proses pelapukan batu-batuan yang akan mengalami perubahan fisik
baik berupa ukuran maupun bentuk. Batuan yang besar menjadi kecil dan yang
kecil menjadi halus. Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanik sebab
prosesnya berlangsung secara mekanik, tanpa disertai perubahan susunan kimia.
Berikut
ini adalah penyebab terjadinya pelapukan fisik :
1)
Perbedaan temperatur yang besar
Peristiwa
ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim gurun.
Di daerah gurun pada siang hari dapat mencapai 50⁰C
dan pada waktu malam bisa turun mencapai 15⁰C. Pada siang hari, suhu udara
sangat tinggi akibat intensitas penyinaran matahari yang kuat, akibatnya massa
batuan mengalami pemuaian. Pada malam hari suhu menjadi sangat rendah, sehingga
batuan mengalami pengerutan secara tiba-tiba. Apabila hal itu berlangsung
secara terus-menerus dapat mengakibatkan batu-batuan besar retak dan pecah.
2)
Membekunya air dalam pori-pori batuan
Pelapukan
ini terjadi di daerah yag beriklim sedang dengan pembekuan hebat. Pada waktu
hujan, titik-titik air masuk ke celah-celah batuan. Pada malam hari, saat udara
menjadi sangat dingin, air di celah batu tersebut menjadi kristal es. Air yang
membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan,
karena tekanan ini batu-batuan menjadi pecah.
3)
Mengkristalnya air garam
Jika air
tanah mengandung garam,maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal.Kristal-
kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan,terutama batuan karang
di daerah pantai.
4)
Pergerakan air
Pergerakan
air juga dapat menyebabkan batuan yang dilaluinya pecah atau batuan yang di
bawahnya menjadi hancuran yang lebih kecil. Contohnya batu kerikil yang
diangkut air sungai,sudut batuannya yang semula tajam menjadi bulat.
5)
Pergerakan air laut
Gelombang
laut yang menghempas pantai merusak batuan yang ada di pantai.
6)
Pergerakan gletser
Gletser
yang bergerak lambat menggerus material batuan yang dilaluinya.
b. Pelapukan Kimiawi
Pada
pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa
pengelupasan.Pelapukan ini berlangsung dengan bantuan air dan suhu yang tinggi.Air
yang banyak mengandung CO₂(zat asam arang) dapat dengan mudah
melarutkan batu kapur(CaCO₂).peristiwa ini merupakan pelarutan
dan dapat menimbulkan gejala –gejala karst.
Gejala-gejala
karst,yaitu sebagai berikut :
1)
Dolina
Dolina
adalah lubang-lubang yang berbentuk corong.Dolina ini dapat terjadi karena
erosi(pelarutan) atau karena runtuhan.Puncak puncak dari pegunungan kapur ada
yang merupakan akibat dari dolina.Puncak puncak itu adalah sisa
pelarutan,sedangkan lembah diantaranya adalah dolina dolina yang melepuh.
2)
Gua dan sungai didalam tanah
Didalam
tanah kapur mula-mula terdapat celah-celah (retakan).karena pengaruh pelarutan
maka retakan ini menjadi besar dan menjadi gua-gua atau lubang lubang.
Jika
lubang-lubang itu berhubungan satu sama lain,maka terjadilah sungai-sungai
dalam tanah.
3)
Stalaktit dan stalagmit
Stalaktit adalah kerucut-kerucut yang
bergantungan pada atap gua terbentuk dari kapur yang tebal akibat udara masuk
dalam gua.Stalagmit adalah
kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua. Contoh stalaktit dan
stalagmit di Indonesia : di Gua tabuhan dan Gua gong di Pacitan, Jawa timur dan
di Gua jatijajar di Kebumen, Jawa tengah.
c. Pelapukan Organis
Pelapukan
ini disebabkan oleh organisme yaitu binatang, tumbuhan, dan manusia. Binatang
yang menimbulkan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga, dan tikus. Pada
umumnya pelapukan organis dipengaruhi oleh:
·
Membusuknya
sisa tumbuhan dapat membentuk asam gambut yang berakibat rusaknya batuan
tersebut.
·
Pengrusakan
batuan oleh binatang-binatang kecil di dalam tanah.
·
Pengrusakan
batuan oleh aktivitas manusia dengan segala peralatannya baik alat tradisional
maupun mekanik. Contohnya: penebangan pohon, konstruksi, penambangan yang
menyebabkan batuan tersingkap.
2.2.
Erosi (Pengikisan)
Erosi
adalah pengikisan permukaan kulit bumi yang disebabkan oleh air, es, atau angin.
Erosi juga dapat diartikan sebagai proses pelepasan dan pemindahan masa batuan
dari suatu wilayah ke wilayah lainnya.
Erosi
terdiri atas tiga tahapan:
1) Detachment
Detachment
adalah pelepasan batuan dari massa induknya.
2) Transportasi
Trasportasi
adalah pemindahan batuan yang terkikis dari suatu tempat ketempat lain.
3) Sedimentasi
Sedimentasi
adalah pengendapan massa batuan yang terkikis.
Erosi dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Berdasarkan Kecepatan
1) Erosi geologi
Erosi
geologi adalah bentuk pengikisan proses pengikisan atau penghancuran tanahnya
relatif seimbang dengan proses pembentukannya.
2) Erosi tanah
Erosi
tanah adalah bentuk erosi yang proses penghancuran tanah (batuan) jauh lebih
cepat dibandingkan dengan pembentukannya.
b. Berdasarkan Zat Pelaku
1) Erosi Air Sungai
Air yang
mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah yang dilaluinya. Gesekan itu besar
kalau kecepatan dan jumlah airnya besar. Gesekan air ini menimbulkan
pengikisan, sebab air itu banyak membawa benda-benda padat. Air yang tenang
tidak mengadakan gesekan dan tidak menimbulkan pengikisan. Jadi, syarat
pengikisan adalah bahwa air itu harus mengalir dan mengangkut benda-benda
padat. Akibatnya, terbentuklah lembah berbentuk V, jurang atu ngarai, aliran
deras, dan air terjun.
a) Lembah berbentuk V
Apabila
kecepatan aliran air di dasar sungai cepat maka akan terjadi pengikisan di
dasar sungai atau sering disebut erosi vertikal. Apabila aliran air yang cepat
terjadi di tepi sungai maka akan menyebabkan terjadinya pengikisan ke arah
samping atau erosi ke samping. Hasil erosi vertikal, sungai semakin lama
semakin dalam sedangkan erosi ke samping menyebabkan sunggai semakin lebar.
Erosi vertikal dan ke samping membentuk lembah berbetuk V. Misalnya, Lembah
Anai, Ngarai Sianok, dan Grand Canyon di Amerika Serikat.
b) Jurang
Adanya
sungai yang sangat dalam, tetapi lebar sungai sempit. Bentang alam seperti ini
termasuk jurang. Jurang terbentuk jika pengikisan terjadi pada batuan yang
resisten. Batuan resisten yang ada di kanan kiri sungai tidak mudah dikikis
oleh air, sedangkan erosi vertikal terus berlangsung. Oleh karena itu, erosi
vertikal berlangsung lebih cepat dibandingkan erosi ke samping. Akibatnya,
dinding sungai sangat miring atau cenderung vertikal dan dasar sungai dalam.
c) Riam
Kadang
ada sungai yang pada beberapa bagiannya sangat deras, sedangkan bagian yang
lain tidak deras. Aliran sungai yang sangat deras terbentuk dari adanya jenis
batuan yang selang-seling antara batuan yang resisten dan batuan yang tidak
resisten pada dasar sungai. Saat air melewati batuan yang resisten, air akan
sulit melakukan pengikisan. Begitupun sebaliknya. Akibatnya, dasar sungai
menjadi tidak rata. Pada saat air melewati abtuan yang tidak resisten, terjadi
turbelensi dan terbenruk seperti air terjun pendek yang alirannya deras.
Bentang alam seperti ini disebut rapid atau riam.
d) Air terjun
Air
terjun terbentuk pada sungai yang jenis batuan di dasar sungai ada yang
resisten dan tidak resisten. Proses terjainya hampir sama dengan aliran deras.
Hanya saja, pengikisan air menyebabkan perbedaan ketinggian yang cukup besar
antara batuan resisten dan batuan tidak resisten. Akibatnya, air jatuh dari
atas ketinggian yang membentuk air terjun.
2) Erosi Angin
Hembusan angin
dapat menyebabkan erosi pada batuan. Proses pengikisan batuan oleh angin
dinamakan deflasi. Bentuk erosi dari angin berupa lubang-lubang
hasil tiupan angin (blow holes). Bentuk sisa dari erosi angin di
antaranya berupa batu jamur (pedestal rocks) dan bentuk
hasil endapannya berupa bukit-bukit pasir (sand dunes) dan endapan lebih halus dari pasir (loess).
3) Erosi Gletser
Es
yang meluncur di lereng pegunungan dapat mengakibatkan terjadinya erosi. Es
meluncur menuruni pegunungan karena es mengalami pencairan. Peluncuran es
diikuti oleh tanah dan batuan di lereng pegunungan. Erosi yang disebabkan oleh
luncuran es itulah yang dinamakan erosi gletser. Bentuk erosi gletser berupa
ledok berundak (cirques) dan palung glasial. Bentuk sisa dari erosi ini adalah
puncak bukit yang mirip tanduk (matterhorn peaks) dan jerengjereng yang kasar
dan tajam (aretes). Sedangkan hasil endapan erosi gletser berupa morena,
drumlin, dan esker.
4) Erosi Air Laut
Erosi oleh air laut merupakan
pengikisan di pantai oleh pukulan gelombag laut yang terjadi secara
terus-menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi
air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave
cut platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung dan teluk. Cliff
terbentuk karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya, gelombang
meretakkan batuan di pantai.
Akhirnya, retakan semakin membesar dan
membentuk notch. Notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang
gelombang secara terus-menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk
cliff dan wave cut platform.
5) Erosi oleh makhluk hidup
Organisme
sebagai tenaga penggerak erosi. yaitu binatang atau manusia. Erosi oleh
organisme ini
berupa liang-liang galian binatang (burrows), atau lubang galian pertambangan oleh manusia. Hasil endapan dari erosi organisme di antaranya berupa karang
berupa liang-liang galian binatang (burrows), atau lubang galian pertambangan oleh manusia. Hasil endapan dari erosi organisme di antaranya berupa karang
koral (coral reef) dan sarang binatang (ant hill).
2.3.
Sedimentasi (Pengendapan)
Sedimentasi merupakan
pengendapan massa batuan atau tanah disuatu tempat setelah mengalami erosi dan
transportasi. Sedimentasi terjadi di wilayah darat maupun perairan, seperti
danau, sungai, dan sekitar pantai.
a. Berdasarkan tenaga alam yang
mengangkutnya
1) Pengendapan oleh air
Batuan hasil pengendapan
oleh air disebut sedimen aquatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air,
antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam, dan delta.
Ø Meander
Meander merupakan sungai
yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses
berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu,
volume air kecil dan tenaga air yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai
mulai menghindari pengahalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati.
Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan material. Pada bagian
tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air menjadi lambat dan mulai
membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam
maupun tepian luar. Di bagian tepi sungai yang alirannya cepat akan terjadi
pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lambat alirannya akan terjadi
pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk
meander.
Ø Dataran banjir dan tanggul alam
Apabila terjadi
hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan
meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang
terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya terbentuk
suatu dataran di tepi
sungai.
Timbunan material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai, akibatnya
tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang
alam ini disebut tanggul alam.
Ø Delta
Pada
saat aliran sungai mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan
alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air
sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap
terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan
sedimen. Akhirnya, lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada
bagian sungai yang mendekati muaranya. Pembentukan delta harus memenuhi
beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika
akan masuk laut atau danau. Kedua, arus pasang di sepanjang pantai tidak
terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah
delta sungai Kapuas, Sungai Musi, dan Kali Brantas.
2) Pengendapan oleh air laut
Batuan
hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen
marine. Pengendapan oleh air laut disebabkan adanya gelombang. Bentang alam
hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan
penghalang pantai.
·
Pesisir merupakan wilayah pengendapan
disepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi
material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca,
arah angin, dan arus laut.
·
Arus
pantai mengangkut material yang ada disepanjang pantai. Jika terjadi perubahan
arah, akan tetap mengangkut material-material ke laut yang dalam. Ketika
material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian
lama, terdapat akumulasi material yang ada diatas permukaan laut. Akumulasi
material tesebut disebut spit.
·
Jika
arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit
terbentuk melewati teluk dan membentuk penghalang
pantai (barrier beach).
·
Jika
di sekitar daerah tersebut terdapat pulau, kadang kala spit akhirnya tersambung
dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.
Contoh, Tanah genting jimbaran Bali.
3) Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan
oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin
dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pasir dapat terjadi di daerah
pantai maupun gurun. Gumuk pasir terbentuk apabila terdapat akumulasi pasir
yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan
pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang
disebut gumuk pasir.
4) Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapn
oleh gletser disebut sedimen glasial. Bentang alam hasil pengendapan oleh
gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim
semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan
atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah.
Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
b. Berdasarkan tempat pengendapan
1. Sedimen fluvial yaitu di sungai.
2. Sedimen terestris yaitu di darat.
3. Sedimen limnis yaitu di danau atau
rawa.
4. Sedimen marine yaitu di laut.
5. Sedimen glassial yaitu di daerah es.
Ilustrasi skematik denudasi regional untuk badan
batuan intrusif alkalin felsik di negara bagian Rio de Janeiro, Brasil: Pulau Cabo Frio dan Badan
Itaúna.
Dalam geologi, denudasi adalah serangkaian proses
panjang yang mengakibatkan pengikisan permukaan Bumi dan berujung pada
berkurangnya ketinggian dan relief bentang alam dan lanskap. Proses endogen seperti gunung berapi, gempa bumi, dan gaya angkat tektonik lempeng dan penampakan kulit benua hingga proses
denudasi eksogen berupa pelapukan, erosi, dan mass wasting.
§
Runtuhan batu
yang jatuh dari atas tebing adalah salah satu mass wasting.
§ Longsor salju
a.
Proses Denudasi
Denudasi melibatkan proses erosi mekanik, biologis,
dan kimiawi berupa erosi, pelapukan dan mass wasting. Denudasi dapat meliputi
pengikisan partikel padat dan material yang sudah larut. Hal ini mencakup
subproses kriofraktur, pelapukan insolasi, kehancuran singkat, pelapukan
garam, bioturbasi dan dampak antropogenik.
Proses denudasi berlangsung dalam empat jenis pergerakan material :
1.
Jenis
pergerakan pelan (lambat)
Rayapan merupakan bentuk dari jenis pergerakan
lambat pada proses mass wasting. Rayapan adalah gerakan tanah dan puing batuan
yang menuruni lereng secara pelan, dan biasanya sulit untuk diamati kecuali
dengan pengamatan yang cermat. Rayapan terbagi menjadi beberapa jenis.
·
Rayapan
tanah, yaitu gerakan
tanah menuruni lereng.
·
Rayapan
talus, yaitu gerakan
puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang menuruni lereng.
·
Rayapan
batuan, yaitu gerakan
blok-blok secara individual yang menuruni lereng.
·
Rayapan
batuan gletser
(rock glatsyer creep), yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang tercampak menuruni
lereng.
·
Solifluksi
(solifluction),
yaitu aliran pelan masa batuan yang banyak mengandung air menuruni lereng
di d alam saluran tertentu.
2.
Jenis pergerakan cepat
Jenis pergerakan ini dapat dibagi sebagai berikut.
Jenis pergerakan ini dapat dibagi sebagai berikut.
·
Aliran tanah, yaitu gerakan
berlempung atau berlumpur yang banyak mengandung air menuruni teras atau lereng
perbukitan yang kemiringannya kecil.
·
Aliran lumpur, yaitu gerak
puing batuan yang banyak mengandung air menuruni saluran tertentu secara pelan
hingga sangat cepat.
·
Gugur puing, yaitu puing-puing batuan yang
meluncur di dalam saluran sempit menuruni lereng curam.
3.
Longsor lahan (landslide)
Gerakan yang termasuk dalam kategori ini merupakan jenis yang mudah diamati, dan biasanya berupa puing massa batuan. Gerakan tersebut dapat dibagi sebagai berikut.
Gerakan yang termasuk dalam kategori ini merupakan jenis yang mudah diamati, dan biasanya berupa puing massa batuan. Gerakan tersebut dapat dibagi sebagai berikut.
·
Luncur, yaitu gerakan penggelinciran dari
satu atau beberapa unit puing batuan, atau biasanya disertai suatu putaran ke
belakang pada lereng atas di tempat gerakan tersebut terjadi.
·
Longsor puing, yaitu peluncuran
puing batuan yang tidak terpadatkan, dan berlangsung cepat tanpa putaran ke
belakang.
·
Jatuh puing, yaitu puing batuan yang jatuh hampir
bebas dari suatu permukaan yang vertikal atau menggantung.
·
Longsor batu, yaitu massa batuan yang secara
individu meluncur atau jatuh menuruni permukaan lapisan atau sesaran.
·
Jatuh batu, yaitu blok-blok batuan yang jatuh
secara bebas dari lereng curam.
4.
Amblesan (subsidensi)
Amblesan, yaitu pergeseran tempat ke
arah bawah tanpa permukaan bebas dan tidak menimbulkan pergeseran horizontal.
Hal ini umumnya terjadi karena perpindahan material secara pelan-pelan di daerah
massa yang ambles.
b.
Faktor yang
mempengaruhi denudasi adalah :
·
Geologi
·
Aktivitas manusia
3. Dampak dari tenaga eksogen terhadap kehidupan, baik dampak positif
maupun negatif.
DAMPAK POSITIF
Dampak positif tenaga eksogen bagi kehidupan sebagai berikut.
DAMPAK POSITIF
Dampak positif tenaga eksogen bagi kehidupan sebagai berikut.
- Memunculkan habitat . Tenaga eksogen seperti panas matahari, sangat dibutuhkan seluruh makhluk hidup. Tanpa panas matahari makhluk hidup tidak bisa bertahan hidup. Tenaga eksogen, seperti panas matahari, hujan, dan angin akan mempercepat pelapukan batuan vulkanis sehingga dapat membentuk tanah yang subur.
- Memperluas daratan.
- Memunculkan barang-barang tambang ke permukaan bumi.
DAMPAK NEGATIF
Dampak negatif tenaga eksogen bagi kehidupan sebagai berikut.
- Angin kencang atau badai yang dapat merusak rumah dan bangunan.
- Hujan sangat deras dapat berakibat timbulnya banjir.
- Hujan sangat deras mengakibatkan tanah longsor.
- Panas matahari yang berlebihan dapat menimbulkan kebakaran hutan.
- Erosi tanah oleh air hujan yang terusmenerus menyebabkan kesuburan tanah semakin berkurang.
- Abrasi (pengikisan air laut) di daerah pantai akan menyebabkan bangunan menjadi rusak karena dihantam oleh ombak yang terus-menerus.
4.
Kesimpulan
Tenaga
Eksogen adalah tenaga
yang berasal dari luar bumi. Tenaga eksogen bersifat merusak dan mengikis kulit
bumi, terutama pada bagian-bagian yang tinggi, tetapi sebaliknya tenaga eksogen
mengisi bagian-bagian yang rendah.
Faktor yang berperan sebagai tenaga eksogen adalah air, angin, organisme, sinar matahari, dan es. Tenaga eksogen bisa menyebabkan terjadinya pelapukan (weathering), erosi, denudasi, tanah longsor, dan tanah menjalar (soil creep). Dalam peristiwa pembentukan gunung (orogenesis), selalu diikuti adanya pengikisan permukaan bumi yang disebut glyptogenesis. Dengan adanya pengikisan ini mengakibatkan terjadinya sedimentasi yang disebut litogenesis. Jadi, ketiga peristiwa tersebut selalu terjadi berturut-turut dan berulang-ulang, hingga susuan kulit bumi (litosfer) selalu berubah-ubah. Peristiwa orogenesis, glyptogenesis, dan litogenesis disebut siklus geologi.
Faktor yang berperan sebagai tenaga eksogen adalah air, angin, organisme, sinar matahari, dan es. Tenaga eksogen bisa menyebabkan terjadinya pelapukan (weathering), erosi, denudasi, tanah longsor, dan tanah menjalar (soil creep). Dalam peristiwa pembentukan gunung (orogenesis), selalu diikuti adanya pengikisan permukaan bumi yang disebut glyptogenesis. Dengan adanya pengikisan ini mengakibatkan terjadinya sedimentasi yang disebut litogenesis. Jadi, ketiga peristiwa tersebut selalu terjadi berturut-turut dan berulang-ulang, hingga susuan kulit bumi (litosfer) selalu berubah-ubah. Peristiwa orogenesis, glyptogenesis, dan litogenesis disebut siklus geologi.
Selain
membuat kulit bumi berubah-ubah, tenaga eksogen pun berdampak terhadap
kehidupan yang ada di muka bumi, tidak hanya dampak negatif saja yang
diakibatkannya tetapi dampak positif pun ada. Seperti memunculkan habitat,
memperluas daratan, dan memunculkan barang-barang tambag ke permukaan bumi. Hal
seperti ini sangat menguntungkan bagi manusia, karena dengan hal tersebut
manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.